JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyiapkan langkah strategis untuk memastikan kebutuhan gula konsumsi dalam negeri terpenuhi tanpa bergantung pada impor pada 2026.
Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional, Andi Amran Sulaiman, menegaskan target produksi gula konsumsi nasional sebesar 3 juta ton diyakini mampu membuat neraca gula konsumsi surplus, sekaligus menekan kebutuhan impor gula putih.
Menurut Amran, keberhasilan program ini sangat bergantung pada kontribusi Provinsi Jawa Timur. Lahan perkebunan tebu di Jatim ditargetkan mencapai 70 ribu hektare dari total target nasional 100 ribu hektare. Dengan produksi gula konsumsi 2,68 juta ton pada 2025, pemerintah optimistis tambahan produksi pada 2026 dapat menutupi kebutuhan domestik yang diperkirakan mencapai 2,836 juta ton.
Cadangan Gula Akhir Tahun Jadi Modal Penting 2026
Stok gula konsumsi akhir tahun ini diprediksi mencapai 1,437 juta ton, cukup untuk memenuhi hampir enam bulan kebutuhan pada tahun depan. Carry over stock dari 2025 ini memungkinkan Indonesia hanya memerlukan tambahan 1,399 juta ton gula konsumsi, sehingga target produksi 3 juta ton pada 2026 dapat memberikan surplus yang signifikan.
Amran menambahkan, keberhasilan target ini juga akan didukung oleh koordinasi lintas instansi, termasuk TNI, Polri, dan Kejaksaan, serta pengelolaan anggaran senilai Rp1,6 triliun untuk seluruh Indonesia. “Targetnya selesai, ini kita kerjakan sekarang, dilanjutkan Januari sampai Maret,” ujarnya.
Langkah Pemerintah Antisipasi Fluktuasi Harga Gula
Meski menargetkan swasembada, pemerintah tetap melaksanakan importasi raw sugar atau gula kristal mentah di awal 2025. Tujuannya adalah mengantisipasi fluktuasi harga gula konsumsi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional seperti Ramadan dan Idulfitri.
Importasi ini dilakukan untuk penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) di BUMN, dan tidak mengganggu petani lokal karena pengadaan tidak dilakukan saat panen raya. Sejauh ini, pengadaan raw sugar setara 190 ribu ton gula kristal putih oleh ID FOOD berjalan lancar dan mendukung stabilitas harga tanpa merugikan petani.
Jawa Timur Memegang Peran Kunci Swasembada Gula
Provinsi Jawa Timur menjadi tulang punggung pencapaian target gula nasional. Dengan luas lahan perkebunan tebu yang signifikan, Jatim berpotensi menyumbang produksi besar bagi kebutuhan domestik. Keberhasilan Jatim diharapkan mampu menekan kebutuhan impor gula putih di tahun depan.
“Kita optimistis Jawa Timur bisa membantu produksi nasional sehingga tahun depan tidak perlu impor gula putih,” tegas Amran. Langkah ini menjadi bukti pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para petani tebu dalam mewujudkan kemandirian pangan.
Tantangan Penetapan Neraca Komoditas Pangan 2026
Sejauh ini, pemerintah belum menetapkan Neraca Komoditas Pangan Tahun 2026. Beberapa rapat penetapan neraca yang dijadwalkan pada 9 dan 16 Desember 2025 tidak dihadiri oleh sejumlah menteri terkait, sehingga rapat harus diskors.
Menko Pangan Zulkifli Hasan menjelaskan, rapat hanya dihadiri oleh Menko Pangan, Menteri Perdagangan, dan Kepala BPS. Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional, Menteri Perindustrian, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Kepala Lembaga National Single Window tidak hadir. Hal ini menyebabkan beberapa neraca komoditas pangan untuk 2026 belum ditetapkan hingga saat ini.
Sinergi Antar Stakeholder Kunci Keberhasilan Produksi Gula
Pemerintah menekankan pentingnya kerja sama lintas instansi untuk memastikan target produksi tercapai. Dukungan TNI, Polri, dan Kejaksaan akan fokus pada pengamanan dan pengelolaan lahan tebu, distribusi gula konsumsi, serta pengawasan stok gula nasional.
Selain itu, koordinasi dengan petani tebu, BUMN, dan pihak swasta menjadi elemen penting agar produksi dan distribusi berjalan lancar. Langkah-langkah ini juga diiringi pemantauan intensif untuk memastikan ketersediaan stok gula cukup hingga 2026.
Dampak Positif bagi Stabilitas Harga dan Kemandirian Pangan
Jika target produksi gula konsumsi tercapai, Indonesia tidak hanya mampu menekan impor gula putih tetapi juga menjaga stabilitas harga gula di pasar domestik. Surplus gula ini akan memberikan ketahanan pangan lebih baik, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendukung kesejahteraan petani tebu.
Amran menegaskan, penguatan produksi lokal dan manajemen stok yang baik akan memberikan keuntungan ganda: petani mendapatkan kepastian pasar, dan masyarakat menikmati ketersediaan gula dengan harga stabil.
Dengan target produksi 3 juta ton, dukungan Provinsi Jawa Timur, pengelolaan stok akhir tahun, serta koordinasi lintas instansi, Indonesia berpeluang besar mencapai swasembada gula konsumsi pada 2026. Langkah-langkah ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mewujudkan kemandirian pangan sekaligus menjaga stabilitas harga dan pasokan gula untuk seluruh masyarakat.